Perubahan besar dalam kebiasaan pencarian konsumen membuat dunia digital marketing harus beradaptasi. Google kini bukan lagi satu-satunya rujukan utama, karena peran tersebut mulai diambil alih oleh platform seperti TikTok, Instagram, marketplace, YouTube, hingga chatbot AI seperti ChatGPT dan Gemini. Digital
marketing
Menghadapi pergeseran ini, Arfadia perusahaan digital marketing asal Indonesia memperkenalkan strategi yang selaras dengan tren pencarian modern melalui Search Everywhere Optimization (SEOv2) dan Generative Engine Optimization (GEO).
CEO Arfadia, Tessar Napitupulu, menjelaskan bahwa SEOv2 dirancang agar brand hadir di berbagai kanal pencarian, mulai dari Google, Google Maps, TikTok Search, YouTube, e-commerce, hingga media sosial dan portal berita. Sementara GEO memastikan brand dapat muncul dalam jawaban langsung dari sistem AI generatif seperti ChatGPT, Claude, atau Perplexity, tanpa harus bersaing di daftar tautan tradisional.
Tessar menekankan, pasar conversational AI diprediksi mencapai USD 41,39 miliar, dan perilaku konsumen kini memulai pencarian dari berbagai kanal, bukan hanya Google. Strategi SEO lama yang fokus pada peringkat di halaman pertama pun dinilai semakin usang.
Menurutnya, perusahaan yang tidak mengadopsi pendekatan multi-channel akan kehilangan jangkauan audiens. Faktanya, klien Arfadia yang menerapkan strategi ini mencatat peningkatan visibilitas hingga 400% di platform AI, melampaui kompetitor yang masih bertahan dengan metode konvensional.
Berdiri sejak 2008, Arfadia telah menyelesaikan lebih dari 480 proyek di berbagai negara dan melayani lebih dari 250 klien aktif. Dengan tim profesional di Jakarta, Bandung, dan Bali serta sertifikasi internasional seperti ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001, Arfadia hadir bukan sekadar sebagai penyedia layanan digital, tetapi sebagai mitra strategis untuk menjaga eksistensi brand di era AI dan ekosistem lintas kanal.
Comments
Post a Comment